Minggu, 12 Oktober 2014

PBB: Kesalahan Vaksin Membunuh Anak Suriah

Kasus:

PBB telah mengakui 15 anak Suriah tewas setelah mitra LSM mereka keliru memberi obat yang salah dalam program vaksinasi campak. Stephane Dujarric, juru bicara Sekjen PBB, mengatakan pada Rabu bahwa relaksan otot diberikan kepada anak-anak dan bayi pertengahan September di bagian yang dikuasai pemberontak di barat laut Suriah. "Apa yang terjadi dengan vaksin adalah tragedi nyata, itu merupakan "human error" yang mendasar, '' kata Dujarric. 

Sebuah laporan oleh Organisasi Kesehatan Dunia bulan lalu mengatakan relaksan otot itu disimpan di lemari yang sama dengan zat yang digunakan untuk mencairkan vaksin campak. Dikatakan orang atau kelompok yang bertanggung jawab untuk hal itu tidak diketahui. 

Seorang dokter yang menyaksikan kesalahan, Abdullah Ajaj, mengatakan kepada kantor berita AP bahwa mereka (anak-anak) yang menjadi korban menunjukkan tanda-tanda shock alergi yang parah, sangat tercekik dan mengalami bengkak yang parah.

Dujarric mengatakan insiden itu tidak ada hubungannya dengan kualitas bantuan PBB yang masuk ke Suriah. 

Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Ja'afari, bulan lalu menyebut kematian itu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan, dan menuntut organisasi menyelidiki mereka yang bertanggung jawab. Setelah kematian anak-anak, oposisi yang didukung Barat yang berbasis di Turki mengatakan telah menangguhkan putaran kedua vaksinasi campak. Kampanye ini dimaksudkan untuk menargetkan 60.000 anak. 

Dujarric pada hari Rabu tidak menyebutkan nama mitra LSM yang terlibat. Dia membela kualitas PBB di Suriah, dengan mengatakan : “....telah melihat tidak ada bukti bahwa makanan atau obat tercemar melalui saluran PBB." 

Sistem kesehatan Suriah telah runtuh selama tiga setengah tahun perang. Polio telah muncul di beberapa daerah akibat upaya vaksinasi nasional yang gagal. (Al-Jazeera 1 Oktober 2014)

Pembahasan:

Dari kasus di atas, pertama sekali kita dapat mengambil pelajaran bahwa "blame culture" memang masih terjadi di mana-mana.  Tak tanggung-tanggung, lembaga sekelas PBB dan orang sekelas juru bicara sekjen PBB saja masih melakukannya. Pernyataan-pernyataannya tentang:

  • "human error" 
  • "tidak ada hubungannya dengan kualitas bantuan PBB yang masuk ke Suriah"
  • "tidak ada bukti bahwa makanan atau obat tercemar melalui saluran PBB" 
menjadi pertanda yang sangat nyata bahwa "no blame culture" masih harus dikampanyekan terus-menerus. 

Pada kasus di atas, jelas sekali ada kelemahan dalam sistim keselamatan penyimpanan dan pemberian obat.  Nah, kalau sudah menyangkut sistim, tentu saja lembaga yang menyelenggarakan program itu yang bertanggung jawab, walaupun diserahkan ke pihak ketiga sekalipun.  Jadi, PBB harus memastikan terlebih dahulu bahwa pihak ketiga yang dipilih benar-benar sanggup menyelenggarakan sistim keselamatan penyimpanan dan pemberian obat, sebelum program vaksinasi campak itu didelegasikan. 

Bagaimana sistim keselamatan penyimpanan dan pemberian obat dilaksanakan? Kedua hal itu sudah pernah dibahas dalam posting sebelumnya.  Untuk membacanya, silahkan anda klik disini untuk keselamatan penyimpanan obat, dan disini untuk keselamatan pemberian obat.  

“Manusia melakukan kesalahan karena sistim, tugas, dan proses dimana mereka bekerja dirancang dengan buruk”. (Prof. Lucian Leape)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar