Analisa
akar masalah (Root Cause Analysis / RCA) adalah sebuah alat kerja yang sangat
berguna untuk mencari akar masalah dari suatu insiden yang telah terjadi. Sedangkan untuk menganalisa masalah yang
belum terjadi, kita menggunakan alat yang disebut FMEA
yang telah dibahas pada posting terdahulu.
Menemukan akar
masalah merupakan kata kunci. Sebab,
tanpa mengetahui akar masalahnya, suatu insiden tidak dapat ditanggulangi
dengan tepat, yang berakibat pada berulangnya kejadian insiden tersebut
dikemudian hari. Berikut ini adalah
tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk memulai suatu aktifitas RCA.
1. Klasifikasi
Insiden
Tidak seluruh insiden atau masalah yang
terjadi dilakukan prosedur lengkap RCA.
Masalah harus dilakukan klasifikasi dan prioritas. Tujuannya agar terjadi efisiensi dalam
pekerjaan. Hal ini karena prosedur
lengkap RCA memerlukan sumber daya yang khusus, jumlahnya terbatas di
organisasi, dan memakan waktu yang tidak sebentar. Sehingga, organisasi perlu menetapkan suatu
metode klasifikasi dan prioritas masalah.
Hanya masalah yang masuk kriteria saja yang dilanjutkan ke prosedur
RCA. Sementara masalah lain yang tidak
masuk kriteria, tetap dilakukan analisa menggunakan prinsip-prinsip RCA tetapi
tidak seluruh urutan prosedur lengkap RCA dilakukan. Yang dimaksud prosedur lengkap RCA adalah
seluruh tahapan prosedur dilakukan.
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan prioritas masalah adalah membuat peringkat masalah berdasarkan Konsekuensi (Consequence) dan Likelihood. Consequence adalah seberapa berat dampak dari masalah itu. Sedangkan Likelihood adalah seberapa sering masalah itu terjadi. Consequence dan Likelihood diperingkat menggunakan angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka berarti makin berat atau makin sering. Setelah angka nilai Consequence (C) dan Likelihood (L) didapat, kedua angka tersebut dilakukan perkalian. Angka hasil perkalian itulah yang menentukan peringkatnya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat menjadi empat golongan, yaitu ekstrim (15 – 25), besar (8 – 12), sedang (4 – 6), kecil (1 – 3).
Salah satu alat yang dapat dipakai untuk melakukan klasifikasi dan prioritas masalah adalah membuat peringkat masalah berdasarkan Konsekuensi (Consequence) dan Likelihood. Consequence adalah seberapa berat dampak dari masalah itu. Sedangkan Likelihood adalah seberapa sering masalah itu terjadi. Consequence dan Likelihood diperingkat menggunakan angka dari 1 sampai 5. Makin tinggi angka berarti makin berat atau makin sering. Setelah angka nilai Consequence (C) dan Likelihood (L) didapat, kedua angka tersebut dilakukan perkalian. Angka hasil perkalian itulah yang menentukan peringkatnya. Makin tinggi angkanya, makin tinggi peringkatnya. Kita dapat menggolongkan peringkat menjadi empat golongan, yaitu ekstrim (15 – 25), besar (8 – 12), sedang (4 – 6), kecil (1 – 3).
Penjelasan tentang Consequence dan Likelihood
dapat dilihat disini. Organisasi dapat membuat
kebijakan bahwa hanya masalah yang mempunyai peringkat ekstrim (15 – 25) saja
yang dilakukan prosedur RCA.
Contoh:
Perawat tertusuk jarum. Konsekuensi dari insiden ini adalah 4, karena
dampak dari tertusuk jarum adalah berat (dapat tertular penyakit HIV, Hepatitis
B, C, dll). Likelihood dari insiden ini adalah 5, karena
insiden ini terjadi setiap bulan.
Sehingga, peringkat risikonya adalah: 4 X 5 = 20 (ekstrim). Peringkat insiden ini memenuhi kriteria untuk dilakukan prosedur RCA.
Catatan:
untuk kejadian yang berdampak berat
(konsekuensinya 4 atau 5, tetapi sangat jarang terjadi, peringkat resikonya
disamakan dengan ekstrim dan dilakukan prosedur RCA.
2. Membentuk
Tim RCA
Membentuk tim RCA merupakan langkah berikutnya
yang penting. Tanpa tim yang representatif,
hasil aktifitas RCA tidak akan valid.
Rekomendasi yang dihasilkannya pun tidak tepat. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus untuk
menentukan siapa saja yang dipilih untuk menjadi anggota tim.
Sebagai pedoman, anggota tim haruslah orang-orang yang kompeten dalam bidang yang akan dibahas. Kemudian, mereka juga harus dalam posisi netral, bukan orang yang ada sangkut-pautnya langsung dengan masalah yang akan dibahas. Jika diperlukan, dapat ditunjuk seorang ahli dari luar organisasi untuk menambah bobot dari tim ini. Jumlah anggota tim jangan terlalu banyak. Ukuran yang normal adalah antara 5 sampai 8 orang.
Sebagai pedoman, anggota tim haruslah orang-orang yang kompeten dalam bidang yang akan dibahas. Kemudian, mereka juga harus dalam posisi netral, bukan orang yang ada sangkut-pautnya langsung dengan masalah yang akan dibahas. Jika diperlukan, dapat ditunjuk seorang ahli dari luar organisasi untuk menambah bobot dari tim ini. Jumlah anggota tim jangan terlalu banyak. Ukuran yang normal adalah antara 5 sampai 8 orang.
Contoh:
Pada kasus tertusuk jarum di atas,
anggota tim RCA adalah: manajer keperawatan, manajer mutu, koordinator
pengendalian infeksi, manajer penunjang medis, koordinator K3.
3. Mengumpulkan
Data
Tim kemudian bekerja mengumpulkan data. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
seobyektif mungkin atas peristiwa yang telah terjadi. Ingat, yang dikumpulkan hanya data, bukan
asumsi, kesan, atau tafsiran. Sumber
data dapat diperoleh dari:
- catatan medis
- wawancara orang yang terlibat
- wawancara dengan seluruh saksi
- kunjungan ke lokasi kejadian
- peralatan yang terlibat
- dll.
Data-data di atas diperlukan untuk melengkapi
fakta yang terjadi.
Disamping itu, diperlukan juga pengumpulan
data-data berikut ini:
- kebijakan dan prosedur internal organisasi
- peraturan atau perundang-undangan
- standard mutu
- referensi ilmiah terkini
- dll.
Data-data di atas diperlukan untuk melihat kesenjangan (gap) yang
terjadi antara fakta yang terjadi dengan yang seharusnya dilakukan.
4. Memetakan
Informasi
Setelah seluruh data
terkumpul, insiden yang terjadi direkonstruksi dengan menggunakan data-data
yang tersedia. Seluruh data disusun
menurut urutan kejadiannya. Ada beberapa
alat yang dapat dipakai untuk memetakan urutan kejadian ini, misalnya:
- Narrative Chronology
- Time Person Grid
- Timelines
- Tabular Timelines
Informasi
perihal kapan masing-masing alat tersebut dipakai, kelebihan, kekurangan, dan
contohnya dapat dilihat disini (halaman 5).
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan narrative chronology, karena insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal dan prosesnya tidak kompleks.
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas, kita cukup menggunakan narrative chronology, karena insiden tersebut merupakan peristiwa tunggal dan prosesnya tidak kompleks.
5. Identifikasi dan Memprioritaskan Masalah
Setelah seluruh data dipetakan, mulailah kita
masuk ke tahap awal analisa masalah, yaitu dengan mengidentifikasinya. Identifikasi masalah ini sangat penting, dan
hanya dapat dilakukan oleh orang yang memahami proses yang standard (yang seharusnya
terjadi). Caranya adalah dengan meneliti
seluruh urutan informasi untuk mencari tahu apakah kejadian-kejadian tersebut
terjadi sudah sesuai dengan seharusnya atau tidak.
Untuk memastikan hal ini, diperlukan berbagai dokumen seperti: Kebijakan dan prosedur internal organisasi, peraturan atau perundang-undangan, standard mutu, referensi ilmiah terkini, dan lain-lain. Jika ditemukan ketidaksesuaian dengan kebijakan, prosedur, standard, referensi ilmiah terkini, itulah yang disebut sebagai masalah. Setelah masalah teridentifikasi, barulah kita lakukan prioritas masalah. Masalah-masalah kecil yang tidak penting dan tidak berpengaruh besar pada terjadinya insiden kita singkirkan, dan kita focus pada masalah-masalah utama.
Untuk memastikan hal ini, diperlukan berbagai dokumen seperti: Kebijakan dan prosedur internal organisasi, peraturan atau perundang-undangan, standard mutu, referensi ilmiah terkini, dan lain-lain. Jika ditemukan ketidaksesuaian dengan kebijakan, prosedur, standard, referensi ilmiah terkini, itulah yang disebut sebagai masalah. Setelah masalah teridentifikasi, barulah kita lakukan prioritas masalah. Masalah-masalah kecil yang tidak penting dan tidak berpengaruh besar pada terjadinya insiden kita singkirkan, dan kita focus pada masalah-masalah utama.
Pada kasus sederhana seperti tertusuk jarum di
atas, masalah tertusuk jarum dapat dipakai sebagai masalah itu sendiri. Tetapi jika masalahnya kompleks dan
melibatkan banyak pihak / departemen, masalahnya harus diidentifikasi satu demi
satu.
6. Analisa Untuk Mencari Faktor yang Berperan
Masalah-masalah yang telah diidentifikasi
kemudian dianalisa untuk mencari faktor yang berkontribusi. Ada dua alat terkenal yang biasanya dipakai
untuk analisa ini, yaitu 5 Why dan diagram tulang ikan. Contoh format diagram tulang ikan
dapat dilihat disini.
5 Why dilakukan dengan cara bertanya “Why” sampai 5 kali terhadap suatu masalah sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat dikemukakan. Namun, 5 Why mempunyai kelemahan mendasar, yaitu bentuk pertanyaannya sangat terbuka dan tidak terarah. Sehingga, hasilnya sangat tergantung pada latar belakang penanya dan yang ditanya. Boleh jadi, untuk satu masalah yang sama tapi dilakukan oleh dua orang yang berbeda, akan didapatkan hasil yang berbeda.
Karena 5 Why mempunyai kelemahan mendasar,
maka yang dianjurkan adalah menganalisa masalah menggunakan diagram tulang
ikan. Diagram tulang ikan dirancang
untuk mencari faktor yang berperan dengan terarah. Untuk memudahkan mencari faktor yang berperan
pada diagram tulang ikan, dapat digunakan pertanyaan triase faktor yang
berperan. Pertanyaan triase tersebut
dapat anda lihat disini (halaman 8).
Anda juga dapat mencari faktor yang berperan dengan menggunakan alat
bantu tabel contributing faktor yang dikeluarkan oleh NPSA, yang dapat anda
lihat disini (halaman 14).
Pada kasus tertusuk jarum seperti di atas,
contoh diagram tulang ikannya dapat dilihat disini (halaman 22).
Hasil dari analisa ini adalah didapatkannya faktor yang berperan terhadap insiden tersebut. Untuk setiap faktor yang berperan, dilakukan prosedur pertanyaan “5 Why” sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat dikemukakan. Jawaban terakhir itulah yang biasanya merupakan akar masalah.
Pada kasus tertusuk jarum di atas, akar
masalahnya adalah:
- Belum dilakukan tinjauan keselamatan pada alat (faktor peralatan).
- Belum ada prosedur yang aman (faktor kebijakan / prosedur).
- Barrier yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf (faktor penghalang).
Sebagai bagian akhir dari analisa ini, kita
mencoba membuat pernyataan sebab akibat, untuk menguji apakah akar masalah yang
kita dapatkan berhubungan sebab akibat dengan insiden yang terjadi. Juga untuk menguji, apakah jika akar masalah
tersebut di atasi, insiden dapat dihindari.
Contoh pernyataan sebab akibat:
- Karena belum dilakukan tinjauan keselamatan pada syringe AGD, maka belum ada mekanisme yang menjamin keselamatan selama memakai alat tersebut, yang menyebabkan mekanisme yang ada gagal mencegah terjadinya insiden tertusuk jarum.
- Belum ada prosedur yang aman menyebabkan jarum syringe AGD ditutup lagi setelah digunakan dan dibawa keluar ruangan, yang mengakibatkan meningkatnya peluang terjadinya insiden tertusuk jarum.
- Penghalang yang ada tidak dirancang untuk melindungi staf yang menyebabkan terjadinya insiden staf perawat tertusuk jarum.
7. Menyusun Rekomendasi Penyelesaian Masalah
Menyusun rekomendasi merupakan hal yang
paling penting dari aktifitas RCA ini.
Karena tanpa rekomendasi, masalah tidak dapat diselesaikan dan terus
membebani organisasi. Ibarat berobat ke
dokter, pasien tidak cukup diberi tahu tentang diagnosanya, tapi jauh lebih
penting adalah diberi pengobatan yang tepat.
Menyusun rekomendasi memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang masalah yang sedang dihadapi. Disinilah arti penting dari anggota tim. Anggota tim RCA harus memiliki kompetensi dan kapasitas yang memadai untuk melakukan hal itu. Referensi yang dikumpulkan pada tahap mengumpulkan data di atas dapat dipakai untuk membantu proses ini.
Menyusun rekomendasi memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang memadai tentang masalah yang sedang dihadapi. Disinilah arti penting dari anggota tim. Anggota tim RCA harus memiliki kompetensi dan kapasitas yang memadai untuk melakukan hal itu. Referensi yang dikumpulkan pada tahap mengumpulkan data di atas dapat dipakai untuk membantu proses ini.
Ada satu alat yang sangat berguna untuk
menyusun penyelesaian masalah ini. Alat
itu disebut analisa penghalang (barrier analysis).
Namun, sebelum masuk ke dalam analisa penghalang, kita perlu memahami dahulu pengertian penghalang dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden. Ilustrasi tentang penghalang dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden adalah sebagai berikut:
Namun, sebelum masuk ke dalam analisa penghalang, kita perlu memahami dahulu pengertian penghalang dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden. Ilustrasi tentang penghalang dihubungkan dengan kemampuannya mencegah terjadinya insiden adalah sebagai berikut:
Dari ilustrasi di atas, jelas terlihat bahwa
tebal lapisan penghalang tidaklah sama.
Yang paling kuat adalah adanya alat, sedangkan yang paling lemah adalah
kebijakan / prosedur.
Contoh:
Aktifitas berenang: Memakai
pelampung (alat) jauh lebih efektif dalam mencegah insiden tenggelam
dibandingkan berenang dengan prosedur yang benar (kebijakan / prosedur).
Ilustrasi di atas memberikan penjelasan
kepada kita, bahwa jika kita ingin mencari solusi atas suatu masalah, utamakan
solusinya adalah berupa alat / disain. Jika alat tidak ada, barulah cari solusi
lain.
Sekarang kita kembali ke analisa
penghalang. Dengan berpedoman pada ilustrasi
di atas, maka analisa penghalang untuk kasus tertusuk jarum tersebut adalah seperti
yang dapat anda lihat disini (halaman 23).
Berdasarkan analisa penghalang di atas, kita
dapat membuat rekomendasi penyelesaian masalah.
Rekomendasi penyelesaian masalah yang baik harus juga mencantumkan
ukuran keberhasilan, penanggung jawab, dan batas waktu penyelesaian. Tujuan dari itu adalah agar rekomendasi yang
kita berikan dapat diukur keberhasilan pelaksanaannya, jelas siapa penanggung
jawabnya, serta ada batas waktu yang jelas kapan rekomendasi itu harus
terlaksana.
Contoh rekomendasi kasus tertusuk jarum dapat
anda lihat disini (halaman 24).
8. Membuat Laporan RCA
Laporan
RCA berisi rincian seluruh kegiatan pelaksanaan RCA mulai dari awal sampai
rekomendasi yang diberikan. Laporan ini
kemudian disampaikan kepada pemimpin organisasi untuk disetujui. Proses persetujuan ini sangat penting. Karena tanpa persetujuan pemimpin,
rekomendasi tak dapat dieksekusi dan dilaksanakan.
Sumber:
Sumber:
- RCA Tools NPSA 2009
- A Guide for RCA Team Patient Safety Centre Queensland Health 2009
selamat pagi dokter kalau diperbolehkan mau minta share pedoman RCA .. terima kasih dokter, bs.ayumi@gmail.com
BalasHapusDear Bambang, sebelumnya silahkan anda cantumkan nama RS tempat anda bekerja dan posisi anda, terima kasih.
Hapusnjih dokter, saya bambang dari RSI Surakarta sekarang mendapatkan tugas di PMKP, kalau diperbolehkan mohon contoh program manajemen resiko dan panduan RCA, terima kasih dokter
HapusDear Bambang, contoh dokumen yang anda minta sudah dikirim ke alamat email anda. UNtuk panduan RCA, silahkan anda ambil langsung dari tulisan saya di blog tentang RCA, karena itu sudah sangat detail dan dapat dijadikan sebagai panduan, terima kasih.
Hapusselamat siang dokter maaf sy butuh contoh analisis KTD yg ada di ep 7 PMKP.terima kasih alamat email saya andi.kartika@yahoo.com
BalasHapusDear Tika, pada tulisan di atas sudah saya berikan contoh yang anda minta. Silahkan anda klik link-link yang saya buat pada tulisan di atas, terima kasih.
HapusAsl.wr.wb. dokter nama saya Wahyu Agung ( RS. Gambiran Kediri )mohon dikirim mengenai RCA serta aplikasi di RS
BalasHapusWa'alaikum salam Wahyu, silahkan anda baca kembali dengan seksama tulisan mengenai RCA di atas, disitu sudah terdapat apa yang anda minta, terima kasih.
Hapusmaaf dokter tadi saya lupa alamat email saya : wagung102@gmail.com terimakasih
BalasHapusTerimakasih dok, sangat informatif sesuai dengan kebutuhan kami.
BalasHapusaslmkum. terima kasih atas informasi yang telah bapak berikan. saya farid dari RS Kramat 128. kalau boleh saya minta contoh laporan RCA dan FMEA. terima kasih
BalasHapusDear Farid, posting saya sudah memuat secara detail contoh yang anda minta. Jika anda masih memerlukan penjelasan, anda dapat mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan hal tersebut, terima kasih.
HapusSalam kenal dok, saya Arimawati dari RSJ NTB. Mohon bantuannya dok untuk saring info tentang PMKP apa saja dokumen yang dibutuhkan dan contohnya bila ada. Email saya agungarimawati@yahoo.com. Terima kasih
BalasHapusDear Arimawati, silahkan anda baca posting saya dengan judul: "Persiapan Akreditasi RS". Disitu terdapat jawaban atas pertanyaan anda, terima kasih.
HapusSelamat siang dokter,posting ini sangat bermanfaat buat akreditasi rs kami karna kami masuk dalam tim akreditasi,dokter bisa saya minta contoh dokumen panduan evaluasi kinerja staf klinis ini email saya dokter, tuti_orangbio@yahoo.com
BalasHapusatau email yg ini dokter untuk contoh panduan evaluasi kinerja klinis cutetuti221@gmail.com
HapusDear Tuti, sebelumnya silahkan cantumkan nama RS tempat anda bekerja terlebih dahulu, terima kasih.
Hapusselamat siang dokter..saya joko setyawan dari rumah sakit HVA toeloengredjo paare kediri,,kalo diijinkan mohon minta share pedoman RCA dan laporanya..terima kasih dokter...email jokosetiawan77@yahoo.com
BalasHapusDear Joko, pada tulisan diatas sudah terdapat apa yang anda minta. \silahkan anda baca dan download dokumennya, terima kasih.
Hapusselamat sore dr..minta tlg share documen pedoman rca dan contoh pembuatan laporan rca.. msh bgg dokter... sy dr rst.dr asmir salatiga...terimakasih email : meiiflass@gmail.com
BalasHapusDear Meika, tulisan di atas sudah menjawab seluruh permintaan anda, terima kasih.
Hapusmaaf dokter, saya etni mahasiswa S2 kebidanan universitas aisyiyah jogjakarta. bolehkah saya meminta pedoman RCA dokter sebagai panduan saya untuk menyelesaikan tugas studi saya?
BalasHapusterimakasih sebelumnya
Dear Etni, tulisan saya di atas dapat menjadi pedoman RCA, terima kasih.
Hapusselamat pagi dokter, saya Arifya dari RSUD dr. H. Andy Abdurrahman Noor Tanah Bumbu sekarang ditugaskan di bagian PMKP, kalau diizinkan mohon contoh program manajemen resiko, kasihbunda63@gmail.com. terimakasih dokter.
BalasHapusDear Arifya, contoh dokumen yang anda minta sudah dikirim ke alamat email anda, terima kasih.
HapusSelamat siang dokter, apakah RCA hanya digunakan pada manajemen risiko atau safety patient??? Apakah bisa diimplementasikan pada semua masalah-masalah kesehatan (misal cakupan program). Terima kasih dan salam kenal
BalasHapusRCA dapat digunakan untuk semua hal, termasuk diluar dunia kesehatan.
Hapusmalam dok, saya mau menanyakan apakah metode ini bisa digunakan pada kasus obat yang hilang ? terima kasih
BalasHapusTentu saja bisa.
HapusSelamat pagi dokter, prose RCA mirip Fmea ya dokter?bedanya APA ya dokter ?selain memang Fmea Untuk Hal yg Belum terjadi? Apakah Fmea Dan RCA juga 8langkah dokter?maaf sy masih Belum jelas bener. Tks dokter sy tresia.sribudiarti@yahoo.com
BalasHapusSelamat pagi dokter, prose RCA mirip Fmea ya dokter?bedanya APA ya dokter ?selain memang Fmea Untuk Hal yg Belum terjadi? Apakah Fmea Dan RCA juga 8langkah dokter?maaf sy masih Belum jelas bener. Tks dokter sy tresia.sribudiarti@yahoo.com
BalasHapusDear Tresia, silahkan anda baca kembali tulisan saya. Disitu sudah cukup jelas mengenai RCA dan FMEA, terima kasih.
HapusTerimakasih dokter....
Hapusselamat pagi dokter...saya sudah sursim akreditasi, saya mengambil fmea tentang waktu tunggu pelayanan farmasi rawat jalan, harapan saya adalah saya ingin menurunkan waktu tunggu obat menjadi lebih cepat dari yang sudah ada. ternyata menurut surveor yang saya fmea itu seharusnya di rca karena waktu tunggu kan sudah jelas lama, jadi bukan di fmea tetapi di rca. saya bingung lo dokter karena saya juga melihat contoh dari rumah sakit lain mirip dengan yang saya kerjakan. bolehkah dokter saya kirim fmea saya dan mohon dokter berikan masukan terhadap fmea tsb. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih dokter.
HapusSilahkan perkenalkan diri anda terlebih dahulu, terima kasih
HapusSelamat sore Dokter. Saya Tresia Sudarmono dari RS Advent Bandar Lampung. Mohon maaf, beberapa waktu yang lalu dan saat ini saya menggunakan email dari tempat kerja saya. Mohon bantuannya Dokter. Terima kasih.
HapusFMEA memang membahas sesuatu yang belum terjadi, jadi sebaiknya anda mengganti bahasan dalam FMEA anda. Dapat juga anda modifikasi dengan FMEA waktu tunggu di tempat lain yang saat ini belum jadi masalah dalam hal waktu tunggu, terima kasih.
HapusTerima kasih banyak Dokter. Saya berencana membuat FMEA penculikan bayi dengan alasan banyaknya jalan masuk dan keluar ke ruangan kebidanan, bolehkan saya kirim FMEA saya untuk dievaluasi dan diberikan saran?
HapusDear Tresia, Silahkan anda kirimkan
HapusSudah saya kirimkan ke email Dokter taufik.santoso@ymail.com. Terima kasih Dokter.
HapusMohon maaf, saya belum terima dokumen yang anda maksud. Mohon periksa kembali alamat email yang anda tuju, dan pastikan itu adalah alamat email saya, terima kasih.
HapusSelamat siang Dokter, saya sudah mengirimkan kembali ke taufik.santoso@gmail.com. Apakah dokter memiliki email lain?
HapusDear Tresia, anda mengambil contoh tabel FMEA itu dari mana? Sebaiknya anda mengambil tabel FMEA dari sumber yang representative. Karena, FMEA sesuai namanya, harus memuat unsur Failure mode, effect, serta scoring risikonya. Pada tabel anda, unsur unsur itu belum ada, terima kasih.
HapusTerima kasih Dokter atas sarannya. Dokter bagaimanakah contoh yang tepat untuk tabel FMEA yang memuat unsur-unsur tersebut? Bisa tolong dikirim ke email saya dokumen mengenai FMEA?
HapusAnda bisa baca tulisan saya tentang FMEA disini http://www.lean-indonesia.com/2012/05/failure-modes-and-effects-analysis-fmea.html
HapusTerima kasih dokter
Hapusselamat siang dok,,perkenalkan saya dr.disty dari Semen Padang Hospital,,kami sedang persiapan akreditasi dan saya berada di komite PMKP.mohon bantuannya dok,bisa tolong kirmkan contoh program manajemen resiko dan program PMKP?alamat email saya diez_dr86@yahoo.com..sebelumnya terima kasih dok
BalasHapusDear dr. Disty, contoh dokumen yang anda minta sudah dikirim ke alamat email anda, terima kasih.
HapusSelamat Pagi dok, dokter saya Ceril, boleh saya minta tolong dok minta share contoh dokumen audit ICRA cairan dan monitoringnya?kemudian SPO cairan dok?terima kasih sebelumnya dok
BalasHapusSilahkan cantumkan nama RS tempat anda bekerja dan posisi anda, terima kasih.
Hapusselamat malam dokter.. saya bait dari RSUD Langsa, Aceh, boleh saya minta contoh diagram fishbone untuk menajemen resiko jatuh, saya di rumah sakit tersebut bekerja sebagai tim dari PDCA menajemen resiko jatuh., alamat email saya (bait.banginskom@gmail.com)
BalasHapusContoh fishbone ada pada tulisan di atas.
HapusDear Dokter, saya drg Esther puskesmas simalingkar bolehkah saya dikirimi contoh draft FMEA dan RCA utk puskesmas saya penanggung jawab PMKP utk puskesmas saya. Trimakasih dok
BalasHapusSilahkan cantumkan nama puskesmas tempat anda bekerja, terima kasih.
HapusDear dr. Taufik, perkenalkan saya Febri dari RS Ukrida.
BalasHapusSaat ini saya bergabung dengan tim PMKP dalam persiapan akreditasi di RS Ukrida.
Artikel ini sangat membantu kami untuk memahami proses analisa masalah sebelum atau sesudah ada insiden.
Bila dokter berkenan, dapatkah kami mendapatkan panduan/pedoman terkait RCA atau FMEA di RS berikut contohnya? Soalnya kami masih dalam tahap hendak pembukaan RS baru. Alamat email saya: fpwpandiangan@gmail.com
Terimakasih banyak dok atas bantuannya.
Dear Febrina, contoh dokumen yang anda minta dapat anda download pada tulisan di atas, terima kasih.
HapusTerimakasih dokter atas penjelasan yang sangat jelas, saya sangat terbantu.
BalasHapus