Selasa, 29 Januari 2013

Tertusuk jarum / benda tajam - Needlestick / sharp injury

Problem tertusuk jarum / benda tajam masih merupakan masalah besar di dunia kesehatan. Setiap tenaga kesehatan yang dalam pekerjaannya menggunakan jarum / benda tajam pasti pernah mengalaminya. Padahal, risiko yang ditimbulkannya tidak dapat dianggap remeh. Peluang tertular penyakit hepatitis atau bahkan HIV sangat besar. Namun sayangnya, adanya risiko yang begitu besar masih belum diimbangi dengan upaya pencegahan yang maksimal. Sehingga, kejadian tertusuk jarum / benda tajam masih terus saja terjadi di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya.

Upaya pencegahan tertusuk jarum / benda tajam yang tidak maksimal menimbulkan masalah kesehatan bukan hanya di tempat jarum / benda tajam tersebut digunakan.  Tapi juga di seluruh rantai proses dimana jarum / benda tajam tersebut berada.  Sebagai contoh, seorang petugas kesehatan membuang jarum suntik bekas di tempat sampah biasa.  Maka, bahaya yang ditimbulkannya membentang mulai dari:
  • petugas cleaning service di rumah sakit,
  • petugas pengangkut sampah di tempat pembuangan sampah,
  • pemulung,
  • oknum yang mendaur ulang jarum suntik bekas,
  • pengguna jarum suntik bekas mulai dari anak sekolah dasar (mainan),
  • teknisi tinta printer isi ulang, dan seterusnya. 
Di seluruh rantai proses itu, semua orang yang terlibat mempunyai risiko besar tertular penyakit yang mematikan. Bayangkan begitu banyak orang yang celaka akibat pembuangan sampah jarum suntik yang tidak benar.  Jika kita menyadari “kejahatan” yang diakibatkannya, tentu kita tidak akan melakukan hal itu dan berupaya maksimal melakukan upaya pencegahannya.

Upaya pencegahan tertusuk jarum / benda tajam harus tuntas dilakukan mulai dari proses pemilihan jarum suntik / benda tajam, penggunaan, pembuangan, sampai proses pemusnahan.  Jika tidak tuntas, risiko akan muncul di tempat dimana proses pencegahannya tidak dilakukan. Prinsip utama pencegahan tertusuk jarum adalah:
  • isolasi jarum / benda tajam yang tidak digunakan menggunakan bahan yang tidak dapat ditembus jarum,
  • hindari kontak langsung antara jarum / benda tajam dengan tangan anda
  • Segera musnahkan jarum suntik / benda tajam yang sudah tidak dipakai lagi
Berikut ini adalah penjelasan detail perihal upaya pencegahan yang perlu kita lakukan:

1.  Pilihlah jarum suntik yang mempunyai mekanisme keselamatan.
 
Gunakanlah jarum suntik yang aman.  Yang dimaksud aman adalah jarum suntik yang mempunyai mekanisme keselamatan begitu selesai digunakan.  Saat ini di pasaran sudah banyak tersedia jarum suntik yang dapat melindungi jarum setelah digunakan.  Karena terlindung, maka jarum tidak akan dapat melukai siapapun.  Namun, upaya ini masih mengalami banyak kendala.  Karena, belum seluruh alat yang menggunakan jarum sudah mempunyai mekanisme keselamatan tersebut.  Selain itu, harga jarum suntik yang aman biasanya lebih mahal.  Sehingga untuk alasan ekonomis masih belum menjadi pilihan. Tetapi jika rumah sakit anda sudah menggunakan jarum suntik yang aman, maka risiko tertusuk jarum akan berkurang.

2.  Jangan pernah menutup kembali jarum suntik setelah selesai digunakan.

Setelah selesai digunakan, jarum suntik bersama syringe / spuit nya langsung dibuang ke tempat pembuangan khusus, tanpa ditutup terlebih dahulu.  Menutup kembali jarum suntik setelah digunakan tidak akan menambah manfaat apapun.  Bahkan, hanya akan meningkatkan risiko tertusuk jarum. Karena jarak antara tangan anda dengan jarum begitu dekat.  Jika karena satu dan lain hal anda kehilangan konsentrasi, maka anda akan tertusuk jarum.

3.  Jangan pernah meletakkan jarum suntik di meja / troli / rak setelah digunakan.

Setelah selesai digunakan, jarum suntik bersama syringe / spuit nya langsung dibuang ke tempat pembuangan khusus, tanpa diletakkan terlebih dahulu.  Meletakkan dan kemudian mengambil kembali jarum setelah digunakan untuk dibuang tidak akan menambah manfaat apapun.  Bahkan hanya akan meningkatkan risiko anda tertusuk jarum.

4.  Selalu tersedia tempat pembuangan jarum / benda tajam di tempat dimana anda bekerja menggunakan jarum / benda tajam.

Satu-satunya cara agar kita dapat langsung membuang jarum / benda tajam setelah selesai digunakan adalah tersedianya tempat pembuangan jarum / benda tajam di tempat dimana kita bekerja.  Oleh karena itu, pastikan tempat pembuangan tersedia sebelum anda bekerja.  Jika belum tersedia, segera ambil dan letakkan di tempat anda bekerja. 

5.  Gunakan alat pembuka jarum / klem jika anda harus membuka jarum dari syringe / spuit / alat lain.

Jika karena satu dan lain hal alat jarum suntik tidak dapat langsung dibuang setelah digunakan (contoh: spuit untuk analisa gas darah, insulin pen, dan lain-lain), gunakan pembuka jarum / klem untuk melepaskan jarum dari alat tersebut.  Setelah jarum terlepas, langsung dibuang ke tempat sampah khusus tanpa meletakkannya terlebih dahulu.  Jangan pernah membuka jarum langsung menggunakan tangan anda.

6. Buatlah “neutral zone” ditempat kerja yang menggunakan jarum suntik / benda tajam berulang-ulang.

 Tempat yang sering menggunakan jarum suntik / benda tajam berulang-ulang adalah kamar operasi atau kamar tindakan.  Ditempat itu, harus dilakukan prosedur “neutral zone”.  Neutral zone adalah area tempat meletakkan jarum suntik / jarum jahit / benda tajam lain yang digunakan berulang-ulang.  Jarum / benda tajam tidak diserahterimakan dari tangan ke tangan, tetapi diletakkan dulu di satu tempat khusus (neutral zone).  Setelah diletakkan, barulah kemudian diambil oleh petugas lain, begitu seterusnya.  Serah terima dari tangan ke tangan untuk jarum / benda tajam akan meningkatkan risiko tertusuk.  Neutral zone dapat dibuat menggunakan berbagai macam cara.  Salah satu cara yang mudah adalah menggunakan baskom.  Dapat juga digunakan perlak magnetik.

7.  Gunakan tempat pembuangan jarum suntik khusus yang sekali pakai, dan tidak dapat ditembus jarum.

Tempat sampah untuk jarum suntik / benda tajam harus dikhususkan, tidak dicampur dengan sampah lain.  Hal ini untuk memudahkan pemilahan jenis sampah dan pembuangannya. Kemudian, jangan lakukan proses isi ulang tempat sampah itu.  Karena, saat anda membuang isinya, risiko tertusuk dan kontaminasi bahan infeksius sangat besar. Juga, pastikan tempat sampah itu tidak dapat ditembus oleh jarum suntik.  Hal ini penting, karena jika masih dapat ditembus jarum suntik, risiko tertusuk jarum masih tetap ada.

8.  Tutup rapat tempat pembuangan jarum suntik setelah terisi ¾ penuh, dan ganti dengan yang baru.

Tempat sampah yang tidak dapat ditutup rapat meningkatkan risiko tertusuk jarum karena isinya dapat tumpah. Dan tempat sampah yang terisi penuh tanpa disisakan ruangan kosong dibawah tutup akan meningkatkan risiko tertusuk jarum saat ditutup.

9.  Musnahkan sampah jarum suntik / benda tajam di incinerator.

Sampah jarum suntik / benda tajam yang sudah terkumpul di dalam tempat sampah khusus yang tertutup rapat kemudian dibawa ke incinerator untuk dimusnahkan.  Jika anda tidak memilikinya, anda dapat bekerja sama dengan perusahaan pemusnahan sampah yang memiliki incinerator.  Namun perlu diingat, harus dipilih perusahaan yang dapat dipercaya agar sampah yang anda kirim ke mereka benar-benar dimusnahkan di incinerator, dan tidak disalahgunakan dengan cara didaur ulang.
Jika sampah sudah musnah, maka selesailah siklus pencegahan tertusuk jarum yang kita lakukan.

3 komentar:

  1. sebuah literatur yang sangat membntu dalam encegahan nsi. mohon bantuannya, saya kesulitan dalam mencari referensi utk panduan pembuatan kuesioner tentang nsi, utk skripsi. mohon dg sangat sudilah kiranya utk share tentang sumber referensi tsb. atau kalau berkenan ke email : petruselgee@gmail.com. trm ksh

    BalasHapus
    Balasan
    1. silahkan email ke kimaismara@gmail.com kebetulan disertasi saya terkait dg hal ini, semoga berm,anfaat bagi umat manusia

      Hapus
  2. betul banget, sangat penting dan belum mendapat perhatian dengan serius tentang cedera tertusuk dan tersayat ini, baik di industri, terutama di rumah sakit, saya secara pribadi siap menjadi relawan untuk berbagai usaha pencegahan cts
    mohon ijin untuk ikut share tentang bagaimana mengembangkan perilaku terkait dg hal ini. bravo, ayo kita selamatkan dan sehatkan anak bangsa

    BalasHapus