Disinilah
permasalahannya. Proses dan sub proses
yang panjang, disertai orang yang berbeda di setiap proses dan sub proses,
menyebabkan adanya risiko salah identifikasi pasien yang sangat besar. Oleh karena itulah, sasaran keselamatan
pasien internasional menempatkan “Identifikasi pasien dengan benar” di urutan
pertama. Hal ini sangat beralasan. Karena,
sebaik apapun yang kita kerjakan akan menjadi malapetaka ketika kita salah
mengidentifikasi pasien. Insiden
berkaitan dengan masalah inipun sudah tak terbilang banyaknya, di semua tahapan
proses di atas.
Untuk dapat
mengidentifikasi pasien dengan benar, kata kuncinya hanya satu. Yaitu, kita harus menggunakan informasi dari “tangan
pertama”, yaitu dari pasien sendiri. Pasien
sendirilah yang harus memberi informasi tentang dirinya sendiri. Pasien harus secara aktif menyebutkan identitasnya. Itulah yang disebut “Identifikasi positif”. Kita
tidak boleh memakai sumber lain seperti: nomor kamar, tulisan nama pasien di
tempat tidur, bertanya ke petugas lain, atau bahkan nama yang tertera di medical
record. Semua hal itu tidak bersumber
dari “tangan pertama”, dan masih berpotensi tertukar / salah. Bahkan, kita tidak boleh menyebutkan nama
pasien tersebut untuk “di-iyakan” oleh pasien.
Sering terjadi, pasien “mengiyakan” saja apapun yang kita sebutkan,
walaupun dia tidak begitu jelas mendengarnya.
Bagaimana jika pasien tidak dapat menyebutkan identitasnya sendiri
(bayi/anak, tidak sadar)? Keluarganya
diminta untuk menyebutkan identitas pasien.
Lalu,
informasi apa saja yang perlu disebutkan pasien untuk identifikasinya? Akreditasi
/ JCI mensyaratkan minimal dua informasi yang harus disebutkan, misalnya nama
dan tanggal lahir. Mengapa dua? Karena kalau hanya satu, masih besar
kemungkinan kesamaannya dengan orang lain. Contoh: nama seorang pasien di rumah
sakit sering sama dengan nama pasien lain. Mengapa nama dan tanggal lahir? Karena
kedua identitas itulah yang paling mudah diingat oleh pasien. Setelah nama, tanggal lahir merupakan
informasi yang paling mudah diingat.
Mengapa tidak nomor medical record? Jawabannya sudah jelas, tidak ada
pasien yang hafal nomor medical recordnya.
Nah, setelah pasien menyebutkan nama dan tanggal lahirnya, barulah kita
cocokkan dengan identifikasi yang tertulis di medical record atau gelang
identitasnya. Jika sama, maka proses
identifikasi selesai dilakukan. Jika
salah, hati-hati! Anda berisiko besar mengalami salah identifikasi.
Kapan
kita harus melakukan identifikasi positif? Akreditasi / JCI mensyaratkan minimal ada empat
keadaan dimana kita harus melakukan identifikasi positif:
- memberi obat,
- memberi darah atau produk darah,
- mengambil sampel darah atau specimen lain untuk keperluan pemeriksaan penunjang,
- memberi terapi atau tindakan / prosedur lain.
Jangan
lupa, memberi terapi nutrisi / gizi termasuk ke dalam kriteria ini.
Jadi,
kita harus terus berulang-ulang melakukan prosedur identifikasi positif di
empat keadaan tersebut. Bagi sebagian pasien,
hal ini terasa aneh, karena mereka ditanya berulang-ulang untuk hal yang sama. Namun,
hal ini perlu dengan seksama menjadi perhatian.
Petugas harus diyakinkan dan dimotivasi bahwa prosedur ini sangat
penting untuk keselamatan pasien. Pasien
pun perlu di edukasi bahwa prosedur ini penting bagi keselamatannya. Sehingga, baik staf maupun pasien dapat
bekerja sama dan menerima prosedur tersebut dengan baik.
Saat
ini, ada cara lain identifikasi positif. Yaitu dengan menggunakan teknologi. Kita dapat menggunakan barcode scanner yang
terintegrasi dengan computer. Jika kita sudah menggunakan teknologi ini, maka
pekerjaan identifikasi positif menjadi sangat mudah. Kita tidak perlu bertanya
berulang-ulang. Cukup scan barcode
pasien yang ada di gelang identitasnya, dan seluruh informasi pasien akan
muncul di computer. Kesalahan
identifikasi pun terhindarkan. Bagi
rumah sakit yang telah menerapkan electronic medical record, penerapan
teknologi ini bukan hal yang mustahil.
Anda juga dapat melihat video tentang identifikasi positif di bawah ini:
Anda juga dapat melihat video tentang identifikasi positif di bawah ini:
salam kenal pak..saya cici mahasiswa keperawatan. info identifikasi pasien yang bapak berikan sangat menarik untuk saya...dan setiap rumah sakit yang saya temui tidak ada SOP/SPO tentang identifikasi pasien yang baik. saya boleh minta contoh tentang SPO/SOP identifikasi pasien dirumah sakit ga pak..makasih sebelumnya pak..ni alamat email saya pak vc1008_chint@yahoo.co.id
BalasHapusDear Cici, sebelumnya mohon cantumkan nama kampus tempat anda belajar, terima kasih.
Hapus