Senin, 28 Januari 2013

Identifikasi Positif / Positive Identification

Seluruh proses pelayanan yang dialami pasien di rumah sakit terdiri dari tahapan yang cukup panjang. Proses itu misalnya: pendaftaran, pemeriksaan oleh dokter, pemeriksaan penunjang, mendapat resep dan mengambil obat di apotik, perawatan, tindakan medis, dan lain-lain. Masing-masing proses itupun masih terdiri dari sub proses yang juga cukup panjang. Ditambah lagi, disetiap tahapan proses dan sub proses dilakukan oleh orang yang berbeda beda.

Disinilah permasalahannya.  Proses dan sub proses yang panjang, disertai orang yang berbeda di setiap proses dan sub proses, menyebabkan adanya risiko salah identifikasi pasien yang sangat besar.  Oleh karena itulah, sasaran keselamatan pasien internasional menempatkan “Identifikasi pasien dengan benar” di urutan pertama.  Hal ini sangat beralasan. Karena, sebaik apapun yang kita kerjakan akan menjadi malapetaka ketika kita salah mengidentifikasi pasien.  Insiden berkaitan dengan masalah inipun sudah tak terbilang banyaknya, di semua tahapan proses di atas.
 
Untuk dapat mengidentifikasi pasien dengan benar, kata kuncinya hanya satu.  Yaitu, kita harus menggunakan informasi dari “tangan pertama”, yaitu dari pasien sendiri.  Pasien sendirilah yang harus memberi informasi tentang dirinya sendiri.  Pasien harus secara aktif menyebutkan identitasnya.  Itulah yang disebut “Identifikasi positif”. Kita tidak boleh memakai sumber lain seperti: nomor kamar, tulisan nama pasien di tempat tidur, bertanya ke petugas lain, atau bahkan nama yang tertera di medical record.  Semua hal itu tidak bersumber dari “tangan pertama”, dan masih berpotensi tertukar / salah.  Bahkan, kita tidak boleh menyebutkan nama pasien tersebut untuk “di-iyakan” oleh pasien.  Sering terjadi, pasien “mengiyakan” saja apapun yang kita sebutkan, walaupun dia tidak begitu jelas mendengarnya.  Bagaimana jika pasien tidak dapat menyebutkan identitasnya sendiri (bayi/anak, tidak sadar)?  Keluarganya diminta untuk menyebutkan identitas pasien.

Lalu, informasi apa saja yang perlu disebutkan pasien untuk identifikasinya? Akreditasi / JCI mensyaratkan minimal dua informasi yang harus disebutkan, misalnya nama dan tanggal lahir. Mengapa dua? Karena kalau hanya satu, masih besar kemungkinan kesamaannya dengan orang lain. Contoh: nama seorang pasien di rumah sakit sering sama dengan nama pasien lain. Mengapa nama dan tanggal lahir? Karena kedua identitas itulah yang paling mudah diingat oleh pasien.  Setelah nama, tanggal lahir merupakan informasi yang paling mudah diingat.  Mengapa tidak nomor medical record? Jawabannya sudah jelas, tidak ada pasien yang hafal nomor medical recordnya.  Nah, setelah pasien menyebutkan nama dan tanggal lahirnya, barulah kita cocokkan dengan identifikasi yang tertulis di medical record atau gelang identitasnya.  Jika sama, maka proses identifikasi selesai dilakukan.  Jika salah, hati-hati! Anda berisiko besar mengalami salah identifikasi.

Kapan kita harus melakukan identifikasi positif? Akreditasi / JCI mensyaratkan minimal ada empat keadaan dimana kita harus melakukan identifikasi positif:
  1. memberi obat, 
  2. memberi darah atau produk darah, 
  3. mengambil sampel darah atau specimen lain untuk keperluan pemeriksaan penunjang, 
  4. memberi terapi atau tindakan / prosedur lain.
Jangan lupa, memberi terapi nutrisi / gizi termasuk ke dalam kriteria ini.

Jadi, kita harus terus berulang-ulang melakukan prosedur identifikasi positif di empat keadaan tersebut.  Bagi sebagian pasien, hal ini terasa aneh, karena mereka ditanya berulang-ulang untuk hal yang sama. Namun, hal ini perlu dengan seksama menjadi perhatian.  Petugas harus diyakinkan dan dimotivasi bahwa prosedur ini sangat penting untuk keselamatan pasien.  Pasien pun perlu di edukasi bahwa prosedur ini penting bagi keselamatannya.  Sehingga, baik staf maupun pasien dapat bekerja sama dan menerima prosedur tersebut dengan baik.

Saat ini, ada cara lain identifikasi positif. Yaitu dengan menggunakan teknologi.  Kita dapat menggunakan barcode scanner yang terintegrasi dengan computer. Jika kita sudah menggunakan teknologi ini, maka pekerjaan identifikasi positif menjadi sangat mudah.  Kita tidak perlu bertanya berulang-ulang.  Cukup scan barcode pasien yang ada di gelang identitasnya, dan seluruh informasi pasien akan muncul di computer.  Kesalahan identifikasi pun terhindarkan.  Bagi rumah sakit yang telah menerapkan electronic medical record, penerapan teknologi ini bukan hal yang mustahil.

Anda juga dapat melihat video tentang identifikasi positif di bawah ini:

2 komentar:

  1. salam kenal pak..saya cici mahasiswa keperawatan. info identifikasi pasien yang bapak berikan sangat menarik untuk saya...dan setiap rumah sakit yang saya temui tidak ada SOP/SPO tentang identifikasi pasien yang baik. saya boleh minta contoh tentang SPO/SOP identifikasi pasien dirumah sakit ga pak..makasih sebelumnya pak..ni alamat email saya pak vc1008_chint@yahoo.co.id

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dear Cici, sebelumnya mohon cantumkan nama kampus tempat anda belajar, terima kasih.

      Hapus