Kamis, 26 April 2012

Lean Thinking Rawat Inap

Kasus:
Sebuah rumah sakit dengan kapasitas lebih dari 250 tempat tidur memiliki masalah dengan pasien rawat inap dan unit gawat darurat (UGD) nya.  Banyak sekali keluhan pasien berkaitan dengan sukarnya mendapatkan kamar untuk rawat inap.  Kamar sering dikatakan penuh oleh petugas admission.  Kalaupun dapat, perlu proses yang panjang dan menunggu selama ber jam-jam untuk dapat masuk ruang rawat.

Hal ini dialami oleh banyak pasien maupun keluarganya yang hendak mengurus proses rawat inap.  Ruang tunggu admission sering kali hiruk pikuk oleh banyaknya orang yang mengalami hal serupa.  Padahal, pasien-pasien  yang ada di UGD pun sudah lama menunggu untuk dapat masuk ruang rawat.

Akibat lamanya menunggu di UGD, kadang terjadi kejadian yang tidak diharapkan.  Misalnya kondisi pasien yang makin memburuk atau bahkan meninggal karena terlambat mendapat penanganan yang semestinya, dan kurangnya pemantauan perkembangan kondisi penyakitnya. 

Ruang UGD pun tidak kalah hiruk-pikuknya dengan banyaknya pasien. Ditambah lagi dengan antrian pasien di ruang tunggu UGD.  Mereka tertahan karena tidak ada lagi tempat tidur tersedia. 
Bahkan lamanya menunggu ini dialami pula oleh pasien rawat inap yang sudah dibolehkan pulang.  Mereka harus menunggu selama ber jam-jam untuk mengurus proses administrasi pemulangan.  Sering dijumpai juga pasien harus menunggu lama sekali untuk mendapatkan keputusan boleh pulang dari dokter, karena dokternya visit pada waktu yang tidak bisa dipastikan.

Solusi:
Dari perspektif Lean Thinking, kasus ini akan dilihat sebagai suatu rangkaian proses yang berurutan seperti rangkaian gerbong kereta api.  Selanjutnya perlu ditentukan dimanakah letak ‘lokomotif’ nya.  Mengapa demikian?  Karena Lean Thinking menggunakan prinsip ‘pull’ atau tarik.  Sudah barang tentu yang menarik gerbong kereta api adalah lokomotifnya.  Dan penentu utama lancarnya gerakan rangkaian gerbong adalah lokomotifnya. 

Nah, sekarang, dari kasus tersebut, mari kita buat rangkaian gerbong kereta api berikut lokomotifnya. 

Rangkaian itu adalah :


Dimanakah ‘lokomotif’ nya? Lokomotifnya adalah proses pasien pulang.  Jika pasien dapat pulang dengan teratur dan sesuai rencana, maka pasien lain yang akan masuk rawat inap dapat masuk dengan terencana.  Petugas admission dapat melakukan proses rawat inap dengan terencana.  Pasien dari UGD dapat keluar dengan terencana.  Pasien yang akan masuk UGD pun mendapatkan kepastian tempat, karena pasien yang akan keluar dari UGD sudah direncanakan dan ditetapkan waktunya.

Bagaimana Semua Itu Dapat Dilaksanakan?
Untuk dapat mewujudkan semua itu, perlu dilakukan perbaikan proses menggunakan prinsip-prinsip Lean Thinking,  seperti just in time, heijunka, standard work, value chain, dll.(lihat posting dengan judul Toyota Production System). 
Bayangkan jika manajemen rumah sakit bekerja mengelola pasien rawat inap seperti hotel mengelola tamu-tamunya yang menginap, akan sangat menyenangkan bukan?  Tamu hotel dapat memesan kamar dengan cara yang sangat mudah, cepat, dan terencana dengan baik.  Sebaliknya, manajemen hotel pun dapat memberi pelayanan dan informasi perihal ketersediaan kamar hotel  dengan sangat cepat dan terencana.  Bahkan, begitu kita datang ke resepsionis, kita langsung dapat informasi bahwa kamar yang kita pesan tersedia dan kita bisa langsung masuk kamar tersebut tanpa menunggu waktu lama.

Nah, rumah sakit dapat mengelola pasien rawat inapnya seperti hotel mengelola tamunya jika rumah sakit menerapkan proses Discharge Planning (perencanaan kepulangan).  Dengan discharge planning, kita dapat merencanakan kepulangan pasien bahkan pada saat pasien baru datang ke admission untuk mengurus administrasi rawat inapnya.  Dengan kepulangan yang terencana, maka bed management (pengelolaan tempat tidur) dapat berjalan dengan baik.  Petugas admission dapat memperkirakan kapan seorang pasien pulang, berapa tempat tidur yang tersedia pada suatu saat tertentu, berapa banyak pasien yang dapat masuk rawat inap, dan seterusnya.  Dengan proses itu, maka tidak terjadi lagi hiruk pikuk di sepanjang rangkaian mulai dari UGD hingga ruang rawat inap, karena semuanya terencana dengan baik.

Seperti Apakah Proses Discharge Planning Itu?
Karena materi discharge planning ini cukup panjang, saya akan menguraikannya dalam posting berikutnya (Discharge Planning).

5 komentar:

  1. Sangat bermanfaat.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih atas kunjungan dan komentar anda.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. dear dr. Taufik, RS kami (RS Bakti Timah ) sedang persiapan akreditasi, mohon kalau berkenan di berikan contoh Renstra, HBL, MSBL, Format manajemen Risiko, manajemen mutu.Mohon diemailkan ke: firm_dr@yahoo.com. terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dear Firman, contoh renstra, HBL, MSBL sangat banyak terdapat di internet baik dalam bahasa Indonesia maupun Inggris, jadi silahkan anda browsing. Untuk manajemen risiko, silahkan anda baca posting saya terkait dengan hal tersebut. Silahkan anda klik Kategori "Risk Management" di bagian kiri atas blog ini. Jika anda masih belum jelas perihal detailnya, jangan ragu untuk bertanya lagi, terima kasih.

      Hapus